My Amazing Video

My Amazing Quote

Ketika Anda berani mengambil risiko untuk berada dalam ketidaknyamanan, saat itulah Anda mulai BERTUMBUH...

Dua Tim Haus Gelar Bertemu

Publicado  Tuesday, July 6, 2010

Para pendukung Belanda tentu berharap bisa kembali merayakan kemenangan timnya di semi final menghadapi Uruguay

Duel semi final Piala Dunia 2010, antara Belanda kontra Uruguay, Selasa (6/7), diprediksi bakal berlangsung ketat. Pasalnya baik Belanda maupun Uruguay adalah dua tim yang haus gelar juara.

Uruguay, meski memiliki dua gelar juara dunia 1930 dan 1950, prestasi La Celeste, belakangan tenggelam jika dibanding dua tetangganya di kawasan, Argentina dan Brasil. Dan jika Uruguay melangkah ke final, maka itulah final pertama mereka dalam masa lebih dari 50 tahun.

Nama pemain-pemain Uruguay pun kalah tenar jika dibanding para bintang Tango dan Samba. Duel melawan Belanda adalah semifinal pertama Uruguay sejak 40 tahun terakhir.

Dan dengan tersingkirnya Brasil dan Argentina di perempat final - serta Paraguay - maka Uruguay menjadi satu-satunya wakil Amerika Latin yang tersisa.

Dengan menjejakkan kaki di babak semifinal maka Diego Forlan dkk berpeluang mengulang memori babak final Piala Dunia 1950. Kala itu Uruguay yang diperkuat Juan Alberto Schiaffino mempermalukan Brasil di kandangnya Stadion Maracana yang berkapasitas 200.000 penonton.

Namun, itulah prestasi gemilang terakhir La Celeste di kancah Piala Dunia. Bahkan pemegang dua medali emas sepakbola Olimpiade itu, hanya berpartisipasi dalam dua dari lima piala dunia terakhir. Tak hanya itu, Uruguay pun lolos ke Afrika Selatan karena menang di babak play off atas Kosta Rika.

Kini, Uruguay yang lolos lewat 'pintu belakang' ini malahan berpeluang merebut Piala Dunia ketiganya. Syaratnya tentu harus mengalahkan Tim Oranye Belanda di semi final.

Juara tanpa mahkota

Johan Cruyff saat menghadapi Jerman Barat di final Piala Dunia 1974

Pada Piala Dunia 1974 di Jerman Barat, dunia dibuat takjub dengan penampilan pasukan Oranye yang kala itu ditukangi Rinus Michel, memperkenalkan sistem sepakbola baru total football.

Dengan sistem baru inilah Belanda yang diperkuat nama-nama legendaris seperti Johan Cruyff atau Johan Neeskens, tampil trengginas nyaris tanpa cela.

Permainan atraktif Belanda terus memakan korban termasuk Brasil yang kala itu menyandang gelar juara bertahan, tak mampu menahan gempuran Oranye dan menyerah 2-0.

Dengan permainan gemilang plus kemampuan individu pemain Belanda yang di atas rata-rata membuat Oranye diunggulkan menjadi juara dunia.

Memang, akhirnya Johan Cruyff dkk melaju ke final meski akhirnya berhasil dijinakkan tuan rumah Der Panzer dengan bintangnya kala itu Franz Beckenbauer.

Di Piala Dunia empat tahun setelahnya yaitu di Argentina, Belanda meski tak diperkuat Johan Cruyff tetap memegang teguh prinsip total football. Di Argentina, Belanda pun berhasil melaju ke final sebelum menyerah 1-3 di tangan Mario kempes dkk.

Dua kali kegagalan di final meski mempertontonkan permainan cantik, membuat Belanda dijuluki tim 'Juara tanpa mahkota'. Nah, akahkah gelar ini akan terhapus di Afrika Selatan?

Tanpa Suarez

Uruguay tidak akan diperkuat Luis Suarez di babak semi final

Kemenangan dramatis atas Ghana di babak perempat final, memastikan satu tiket semi final menjadi milik Uruguay. Namun, sayang Uruguay tak akan diperkuat penyerangnya Luis Suarez.

Suarez, yang merumput di Ajax Amsterdam ini, terkena kartu merah ketika menggunakan tangannya untuk memblok peluang gol Ghana di menit terakhir babak perpanjangan waktu di perempat final lalu.

Selain minus Suarez, sang kapten sekaligus palang pintu Uruguay Diego Lugano juga masih disangsikan pulih dari cedera pergelangan kakinya.

Meski tanpa kehadiran Suarez, para pemain Uruguay yakin mereka mampu mengatasi Belanda dan melaju ke babak final.

"Ini adalah momen terpenting negeri kami dan rakyat Uruguay menaruh harapan besar pada kami. Kini kami mewakili seluruh Amerika Latin," kata penyerang Edinson Cavani.

Tanpa kehadiran Suarez tentu menjadi pekerjaan rumah berat bagi pelatih Oscar Washington Tabarez. Apalagi, duet Suarez dan Forlan terbilang cukup subur dengan menghasilkan enam gol.

Dengan absennya Suarez, kemungkinan Tabarez akan memaksimalkan fungsi Diego Cavani atau akan memasang pahlawan adu penalti Sebastian Abreu sejak menit pertama.

Meski usia Abreu terbilang tak muda lagi yaitu 33 tahun, namun Tabarez bisa berharap dari kematangan dan pengalamannya.

Apalagi, striker Botafogo ini juga yang mencetak gol penentu ke gawang Kosta Rika dalam babak play off sehingga meloloskan La Celeste ke Afrika Selatan.

Namun, di lini belakang nampaknya kehilangan seorang Lugano sangat terasa bagi Uruguay. Lubang yang ditinggalkan Lugano, ketika menghadapi Ghana, menjadi salah satu titik lemah Uruguay. Ghana, memperoleh cukup banyak peluang setelah cederanya Lugano. Beruntunglah, tak satupun peluang Ghana itu berbuah gol.

Tentunya, Tabarez tak ingin lubang di lini pertahanan itu menjadi sasaran empuk para penyerang Belanda, yang secara kualitas setingkat berada di atas para pemain Ghana.

Belanda optimistis

Wesley Sneijder dan Robin van Persie tetap diandalkan Belanda

Usai mengalahkan Brasil, rasa percaya diri para pemain Belanda meningkat tajam. Kini Arjen Robben dkk yakin bahwa mereka mengalahkan prestasi generasi Johan Cruyff di Piala Dunia.

Memang, total football yang menjadi trade mark Belanda hingga pertandingan perempat final belum terlihat. Belum nampak lagi Belanda yang tampil mematikan sekaligus indah.

Sejauh ini pilihan pelatih Belanda Bert van Marwijk memilih bermain pragmatis ketimbang mengutamakan permainan indah berbuah hasil positif.

Setidaknya, dengan sistem sepakbola pragmatis, Wesley Sneijder dkk tak terkalahkan dalam 24 pertandingan internasional terakhir.

Selain itu, kemenangan lima kali beruntun di putaran final Piala Dunia sudah melampaui generasi Johan Cruyff yang hanya mampu memenangkan empat pertandingan beruntun di Piala Dunia 1974.

Sehingga, kemungkinan kecil Van Marwijk akan mengubah sistem bermainnya dan susunan para pemain inti. Meski demikian Van Marwijk menampik jika Oranye tampil tak atraktif.

"Hanya karena kami belum mencetak banyak gol di Afrika Selatan, maka masyarakat melihat kami tak bermain atraktif. Masyarakat selalu menyamakan permainan atraktif dengan banyak gol," kata mantan pelatih Feyenoord itu.

Van Marwijk menambahkan sejak pertama kali dia menangani tim nasional Belanda, target utamanya adalah membentuk pertahanan yang kuat sebelum melakukan serangan mematikan.

"Apalagi Uruguay adalah tim para petarung. Mereka berani bertarung dan menang. Itulah yang membuat mereka bisa tampil di semifinal. Sehingga, jika kami meremehkan mereka akan sangat berbahaya bagi kami," tambah Van Marwijk.

Di babak semi final, Belanda dipastikan tetap diperkuat Robin van Persie yang dinyatakan fit. Selain itu, bek Joris Mathijsen yang cedea sudah bisa dimainkan kembali.

Namun, Oranye kehilangan gelandang bertahan Nigel de Jong dan bek kanan Gregory van der Wiel akibat akumulasi kartu.

Source

0 comments: